Semoga berkat Tuhan senantiasa melimpah bagi kita. Amin

Hal Menghakimi

Hal Menghakimi
Menghakimi
Hal Menghakimi-Menghakimi berasal dari kata “hakim”, orang yang mengadili perkara, pengadilan dan juri, orang yang pandai, budiman dan ahli, orang yang bijak. Dalam konteks ini menghakimi bisa diartikan sebagai suatu tindakan untuk menentukan benar dan salah. Maka hakim dikenal sebagai seorang yang menghakimi perkara. Jika tidak ada hakim, maka tidak ada seorangpun yang mempunyai wewenang atau kekuasaan untuk menentukan yang benar dan yang salah, akibatnya semua orang merasa benar. Hal demikian juga terjadi di masa hakim-hakim dahulu dimana manusia melakukan apa yang baik menurut pandangan mereka sendiri. (Hak 21:25)

Jangan kamu menghakimi, supaya kita tidak dihakimi. Kecenderungan untuk mengahakimi orang lain itu menjadi kecenderungan banyak orang. “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi”. (Mat 7:1)

Psikologi manusia lebih mudah untuk melihat kejelekan dan kekurangan orang dari pada kelebihan atau kekuatan orang lain. Hal inilah yang membuat kenapa Yesus berkata “engkau melihat selumbar dimata saudaramu sedangkan balok dimatamu sendiri tidak engkau ketahui”, kita lebih sering melihat kekurangan yang kecil pada orang lain, sedangkan kekurangan besar pada diri kita tidak kita lihat. (Mat 7:5)

Ada kecenderungan dalam diri manusia yaitu praduga, curiga, prasangka dan penghakiman. Pengadilan adalah suatu ukuran yang dipakai untuk menghakimi orang, ukuran itu juga bisa berbalik juga untuk menghakimi diri kita.  (Mat 7:2)

(Rom 14:1-12)
Persoalan yang sedang serius dalam hal kemanusiaan adalah orang selalu merasa dirinya benar dan juga suka menghakimi orang lain. Karena merasa benar, ketika orang berbeda dengan dirinya dianggap salah. Hal tersebut disebabkan karena tidak memahami Firman Tuhan dengan benar. 

Tidak heran jika ada orang yang bertobat namun hidupnya tidak menjadi berkat malah menjadi batu sandungan karena menjadikan dirinya hakim atas orang lain.

Beberapa hal perlu kita ketahui tentang menghakimi, yaitu: seseorang akan merasa dirinya benar, dan juga tindakan penghakiman selalu berawal dari hati. Seseorang yang selalu mencari kesalahan orang, dimatanya selalu ada kesalahan orang lain. Seseorang yang senang membicarakan atau menyebarkan kesalahan orang lain, terkadang kesalahan yang menjadi isu yang di sebarkan belum tentu benar.

Mengapa kita tidak boleh saling menghakimi?

1. Menghakimi menandakan orang tersebut belum dewasa imanya. Seseorang yang belum dewasa imanya sulit untuk beradaptasi dan sulit untuk menerima pebedaan. Seseorang yang dewasa imanya akan mudah mengerti dan juga menerima perbedaan orang lain. (Rom 14:1-3).

2.    Kita tidak sempurna. “Siapakah kamu,”(Rom 14:4) menunjukan bahwa sesungguhnya tidak ada seorangpun yang sempurna. Kita adalah mahkluk yang lemah, terbatas, mudah kecewa, mudah putus asa dan mudah menjadi lelah dll.

3. Kita tidak hidup untuk diri kita sendiri. (Rom 14:7-8). Dengan menghakimi kita akan menjadikan hubungan dengan orang lain akan menjadi renggang.

4.  Kita semua akan kembali kepada Tuhan. (Rom 14:10-12). Kita harus mempertanggung jawabkan semuanya dihadapan Allah.

Faktor yang menyebabkan orang menghakimi:

1.Krisis Kepercayaan diri.

2.Krisis Kasih

3.Ketidakpemahaman akan Firman Tuhan

4.Kepahitan hati (luka batin, dendam, dll)

5.Tidak mampu mengendalikan diri

Hal penghakiman kalau diterapkan dalam kehidupan memang susah, kita sudah mengetahui namun dalam prakteknya kita sering lupa apa arti menghakimi. Sebelum kita menghakimi orang lain, coba selidiki diri kita, apakah kita layak untuk menghakimi?

Marilah kita semua hidup dalam kasih dan juga kebenaran, tidak saling menghakimi tetapi saling membangun, dan saling melengkapi dalam kehidupan.

Terima kasih telah membaca artikel Hal Menghakimi, bila artikel ini bermanfaat, silahkan share keteman-teman anda.

No comments:

Post a Comment