Semoga berkat Tuhan senantiasa melimpah bagi kita. Amin

Orang Samaria yang Murah Hati (mengasihi sesama)

Dalam Injil Lukas, perumpamaan tentang orang samaria merupakan perumpamaan yang cukup terkenal yang disampaikan oleh Yesus. Dia menyampaikan perumpamaani ini dalam pembicaraan tentang hukum terutama dalam taurat, khusus untuk menanggapi pertanyaan tentang siapa sesama yang harus dikasihi seperti diri sendiri.

Menolong sesama

Perlu diingat bahwa ahli taurat menduduki tempat yang penting dalam agama Yahudi karena memiliki kuasa untuk menerangkan hukum Taurat yang menyusun peraturan untuk menetapkan hukum itu dalam setiap situasi kehidupan agama orang Yahudi. Mereka tersebar di wilayah Yedea dan Galilea  sebagai guru yang mengajarkan hukum Taurat. Beberapa ahli Taurat dipilih untuk menjadi anggota dari Sanhedrin/ Mahkamah agama Yahudi, disamping imam besar dan tua-tua agama Yahudi. Ini berarti bahwa Yesus sedang berbicara dengan orang yang dipandang mumpuni dalam hal hukum agama Yahudi, khusus dalam hal ini hukum Taurat.

Seorang ahli Taurat mendatangi Yesus untuk mencobai Dia. Hal ini dilakukannya dengan mengajukan pertanyaan tentang bagaimana cara untuk memperoleh hidup  yang kekal. Yesus menjawabnya dengan menanyakan apa yang dikatakan Taurat tentang hal itu. Dalam Taurat tertulis “ Kasihanilah Tuhan Allamu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Yesus menegaskan bahwa orang akan memperoleh hidup kekal bila melaksanakan perintah Kasih yang tertulis hukum Taurat.

Dikisahkan pada suatu hari ada seorang yang turun dari Yerusalem ke Yeriko melewati padang gurun dan bukit karang. Jalan yang sepi itu sangat berbahaya karena memang merupakan tempat yang paling cocok untuk mencari target / mangsa. Ketika melewati tempat yang sepi, para perampok menyerbu orang itu, merampoknya habis-habisan lalu memukulinya dan meninggalkanya setengah mati. Jika tidak ada yang menolongnya, bisa jadi ia akan menemui ajal. Ia akan hidup jika ada orang lewat yang peduli padanya dan menolongnya.

Ada seorang imam yang turun dari Yerusalem melewati jalan itu. Ia melihat di pinggir jalan ada orang tergeletak, namun imam tadi hanya melewatinya. Seorang Lewi juga lewat jalan itu dan melihat orang yang sama tadi, tetapi hanya melewatinya saja sama seperti imam tadi. Padahal imam dan orang Lewi adalah orang yang sangat dihormati dan merupakan tokoh penting orang Yahudi.

Seorang Samaria juga lewat di tempat itu, namun sangat mulialah orang samaria ini, ia menolong karena tergeraklah hatinya melihat orang yang dirampok tadi. Ia juga menyirami lukanya.  Tidak sampai mengobatinya, tetapi orang samaria tadi menaikan orang tersebut ke atas keledainya untuk dibawa ke penginapan dan merawatnya. Namum keesokan harinya ia harus pergi, orang samaria itu meninggalkan koraban tadi di penginapan, tetapi ia meminta pemilik penginapan untuk merawatnya dan orang samaira itu memberikan dua dinar kepada pemilik penginapan tersebut sebagai ganti biaya perawatan. Iapun  berjanji akan mengganti biaya perawatan yang dikeluarkan kalau uang yang tadi diberikan tidak cukup.

Setelah Yesus menyampaikan cerita tersebut, Yesus berkata kepada ahli Taurat siapakah sesamamu manusia dari orang yang telah jatuh ketangan penyamun itu?

Mereka menjawab orang yang ketiga, dan Yesus pun menyuruh untuk berbuat juga demikian.

Orang samaria dalam perumpamaan merupakan teladan untuk menjadi sesama. Seluruh perhatian tertuju pada orang yang menjadi korban perampokan. Orang samaria yang menyelamatkan tersebut tidak hanya memberikan waktu, tenaga, biaya, tetapi juga memberikan semuanya dengan hati yang tulus, tanpa mengharapkan imbalan dari orang yang ditolongnya.

Untuk bisa menolong sesama tidak dapat memikirkan diri sendiri. Orang dapat melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain tanpa mengasihinya bila yang dipikiran hanyalah dirinya sendiri. Yesus datang kedunia ini karena terdorong oleh kasihNya kepada manusia. Ia ingin manusia menikmati kebahagiaan abadi di surga bersamaNya. Demi kebaikan manusia Ia menjadi manusia, mengurbankan diriNya untuk menghapus dosa manusia, semata-mata hanya demi keselamatan mereka.

YM Seto.

Runtuhnya Bait Allah

Ketika Yesus sedang di bait Allah, Yesus mendengar beberapa orang mengungkapkan kekaguman mereka atas bangunan bait Allah. Bait Allah itu dihiasi dengan batu-batu yang indah dan berbagai barang persembahan yang ada didalamnya. Banguanan itu didirikan oleh orang-orang Yahudi yang kembali dari pembuangan Babilonia. Lalu Raja Herodes Memperluas dan menbuatnya menjadi bangunan yang sangat indah. Menanggapi pujian tentang keindahan Bait Allah itu, Yesus menyatakan bahwa pada suatu saat nanti tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak diatas batu yang lain.


Runtuhnya bait Allah
Runtuhnya bait Allah

Ucapan Yesus itu jelas sangat menarik perhatian para murid. Mereka pun bertanya pada Yesus kapan hal itu akan terjadi dan tanda-tanda apakah yang akan mendahului terjadinya peristiwa itu. Tanda-tanda dari peritiwa itu adalah Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara. Karena itu, orang yang berada di Yehuda harus melarikan diri ke pegunungan dan yang berada di dalam kota harus meninggalkan kota untuk terhindar dari tentara tersebut.

Yerusalem dan bait Allah dihancurkan pada tahun 70 M oleh tentara Romawi dibawah Titus, sebagai balasan atas pemberontakan yang dilancarkan oleh orang Yahudi.

Pandangan Yesus terarah pada datangnya akhir zaman. Ia menyampaikan peringatan kepada mereka supaya waspada dan tidak disesasatkan oleh orang–orang yang datang dengan memakai nama-Nya. Hal itu juga terjadi pada zaman ini, dimana banyak nabi-nabi palsu yang mengatasnamakan Tuhan untuk melancarkan tujuan mereka, menghalalkan segalacara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Kehidupan murid-murid Yesus sangatlah banyak tantangan dan rintangan yang harus mereka terima, termasuk hal tentang keselamatan nyawa mereka. Mereka harus berhadapan dengan penguasa, baik penguasa politik maupun penguasa religius.

Karena beratnya penderitaan yang akan mereka alami sebagai pengikut Kristus, para murid diingatkan agar mereka menetapkan hati. Mereka tidak perlu cemas memikirkan apa yang akan mereka katakan untuk membela diri di hadapan pengadilan. Mereka tidak perlu cemas karena Yesus sendiri akan memberikan kata-kata hikmat di dalam mulut mereka.

Janji Yesus adalah menjadi sumber  kekuatan bagi para murid untuk selalu setia kepada-Nya sampai mati.
Dalam perenungan ini, Yesus menyampaikan pengajaran tentang kesetiaan orang beriman dalam menjalani kehidupan. Kehidupan di dunia pasti akan berakhir. Semua manusia akan mati, entah kapan waktunya, dan nasib manusia pada kesudahan kematian ditentukan oleh kehidupan yang dijalaninya di dunia.

Banyak orang yang mau hidup seenaknya sendiri, mengikuti keinginan sendiri, tidak perduli pada dosa. Firman Allah mengingatkan kita untuk senantiasa mengingat akan nasib kita di dunia yang akan datang dan menjalani kehidupan  ini sambil menatap kehidupan yang akan datang.

Kehidupan para pengikut Kristus memang berat dan penuh dengan tantangan, tetapi penuh dengan pengharapan. Dalam hal ini perlu diingat bahwa kesetiaan kepada Allah akan justru terbukti ketika orang beriman harus berhadapan dengan situasi sulit, termasuk yang mengancam keselamatan jiwa.

Selama hidup di dunia, manusia tetap menghadapi berbagai kesulitan dan penderitaan, dalam berbagai macam bentuknya. Sekalipun harus menderita di dunia ini, kita akan menerima kehidupan abadi yang dijanjikan Alllah. Yang kita perlukan sekarang adalah kekuatan untuk bertahan dalam iman di tengah berbagai kesulitan yang melanda kita di dunia.

Ym setyo