Menolong sesama |
Perlu diingat bahwa ahli taurat
menduduki tempat yang penting dalam agama Yahudi karena memiliki kuasa untuk
menerangkan hukum Taurat yang menyusun peraturan untuk menetapkan hukum itu
dalam setiap situasi kehidupan agama orang Yahudi. Mereka tersebar di wilayah
Yedea dan Galilea sebagai guru yang
mengajarkan hukum Taurat. Beberapa ahli Taurat dipilih untuk menjadi anggota
dari Sanhedrin/ Mahkamah agama Yahudi, disamping imam besar dan tua-tua agama Yahudi.
Ini berarti bahwa Yesus sedang berbicara dengan orang yang dipandang mumpuni
dalam hal hukum agama Yahudi, khusus dalam hal ini hukum Taurat.
Seorang ahli Taurat mendatangi
Yesus untuk mencobai Dia. Hal ini dilakukannya dengan mengajukan pertanyaan tentang
bagaimana cara untuk memperoleh hidup
yang kekal. Yesus menjawabnya dengan menanyakan apa yang dikatakan
Taurat tentang hal itu. Dalam Taurat tertulis “ Kasihanilah Tuhan Allamu,
dengan segenap hatimu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihanilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri. Yesus menegaskan bahwa orang akan memperoleh
hidup kekal bila melaksanakan perintah Kasih yang tertulis hukum Taurat.
Dikisahkan pada suatu hari ada
seorang yang turun dari Yerusalem ke Yeriko melewati padang gurun dan bukit
karang. Jalan yang sepi itu sangat berbahaya karena memang merupakan tempat
yang paling cocok untuk mencari target / mangsa. Ketika melewati tempat yang
sepi, para perampok menyerbu orang itu, merampoknya habis-habisan lalu
memukulinya dan meninggalkanya setengah mati. Jika tidak ada yang menolongnya,
bisa jadi ia akan menemui ajal. Ia akan hidup jika ada orang lewat yang peduli
padanya dan menolongnya.
Ada seorang imam yang turun dari
Yerusalem melewati jalan itu. Ia melihat di pinggir jalan ada orang tergeletak,
namun imam tadi hanya melewatinya. Seorang Lewi juga lewat jalan itu dan
melihat orang yang sama tadi, tetapi hanya melewatinya saja sama seperti imam
tadi. Padahal imam dan orang Lewi adalah orang yang sangat dihormati dan
merupakan tokoh penting orang Yahudi.
Seorang Samaria juga lewat di
tempat itu, namun sangat mulialah orang samaria ini, ia menolong karena
tergeraklah hatinya melihat orang yang dirampok tadi. Ia juga menyirami
lukanya. Tidak sampai mengobatinya,
tetapi orang samaria tadi menaikan orang tersebut ke atas keledainya untuk
dibawa ke penginapan dan merawatnya. Namum keesokan harinya ia harus pergi,
orang samaria itu meninggalkan koraban tadi di penginapan, tetapi ia meminta
pemilik penginapan untuk merawatnya dan orang samaira itu memberikan dua dinar
kepada pemilik penginapan tersebut sebagai ganti biaya perawatan. Iapun berjanji akan mengganti biaya perawatan yang
dikeluarkan kalau uang yang tadi diberikan tidak cukup.
Setelah Yesus menyampaikan cerita
tersebut, Yesus berkata kepada ahli Taurat siapakah sesamamu manusia dari orang
yang telah jatuh ketangan penyamun itu?
Mereka menjawab orang yang ketiga,
dan Yesus pun menyuruh untuk berbuat juga demikian.
Orang samaria dalam perumpamaan
merupakan teladan untuk menjadi sesama. Seluruh perhatian tertuju pada orang
yang menjadi korban perampokan. Orang samaria yang menyelamatkan tersebut tidak
hanya memberikan waktu, tenaga, biaya, tetapi juga memberikan semuanya dengan
hati yang tulus, tanpa mengharapkan imbalan dari orang yang ditolongnya.
Untuk bisa menolong sesama tidak
dapat memikirkan diri sendiri. Orang dapat melakukan hal-hal yang baik untuk
orang lain tanpa mengasihinya bila yang dipikiran hanyalah dirinya sendiri.
Yesus datang kedunia ini karena terdorong oleh kasihNya kepada manusia. Ia ingin
manusia menikmati kebahagiaan abadi di surga bersamaNya. Demi kebaikan manusia
Ia menjadi manusia, mengurbankan diriNya untuk menghapus dosa manusia,
semata-mata hanya demi keselamatan mereka.
YM Seto.