Memaknai Natal |
"Sebab itu Tuhan sendirilah yg akan memberikan kepadamu suatu pertanda:
Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang
anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel." (Yes.7:14)
Dibulan perayaan Natal, pernak-pernik dan hiasan Natal dpt kita jumpai di mall-mal, hotel-hotel, restaurant, pesawat terbang, barangkali juga di klab malam dan sudah pasti di gereja-gereja. Tdk ketinggalan kita banyak disuguhi acara-acara ibadah dan perayaan Natal.
Momen Natal memang membawa sukacita bagi banyak orang walaupun banyak juga yang tidak mengetahui atau tidak menemukan makna Natal yang sesungguhnya.
Natal adalah memperingati kerelaan-Nya, mengosongkan diri dan menjadi sama dengan manusia. Allah telah menjadi manusia, bereinkarnasi, menjadi daging dan darah yang seutuhnya.
Filipi 2:6-8 "Yg walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dgn Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan dirin-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."
Dia hadir kedunia untuk memulihkan hubungan manusia dan Allah yang terputus akibat manusia jatuh kedalam dosa, Dia menebus dosa kita dan Dia membawa damai sejahtera bagi umat manusia.
2 Kor. 5:19a "Sebab Allah mendamaikan dunia dagan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka."
Harus diakui akibat kehilangan makna Natal, sekarang ini Natal terasa hedonis, serba memuaskan emosi dan kehilangan jiwanya, kita banyak terjebak dengan seremonial belaka atau terbawa dengan semangat hura-hura pesta akhir tahun.
Natal adalah kabar gembira, berita sukacita besar, Juruselamat telah lahir. Kedatangan dan kelahiran sang Juruselamat kita bisa rasakan maknanya apabila kita dpt dgn sungguh-sungguh menyadari, seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus; "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah." (Roma 3:23)
Dibulan perayaan Natal, pernak-pernik dan hiasan Natal dpt kita jumpai di mall-mal, hotel-hotel, restaurant, pesawat terbang, barangkali juga di klab malam dan sudah pasti di gereja-gereja. Tdk ketinggalan kita banyak disuguhi acara-acara ibadah dan perayaan Natal.
Momen Natal memang membawa sukacita bagi banyak orang walaupun banyak juga yang tidak mengetahui atau tidak menemukan makna Natal yang sesungguhnya.
Natal adalah memperingati kerelaan-Nya, mengosongkan diri dan menjadi sama dengan manusia. Allah telah menjadi manusia, bereinkarnasi, menjadi daging dan darah yang seutuhnya.
Filipi 2:6-8 "Yg walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dgn Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan dirin-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."
Dia hadir kedunia untuk memulihkan hubungan manusia dan Allah yang terputus akibat manusia jatuh kedalam dosa, Dia menebus dosa kita dan Dia membawa damai sejahtera bagi umat manusia.
2 Kor. 5:19a "Sebab Allah mendamaikan dunia dagan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka."
Harus diakui akibat kehilangan makna Natal, sekarang ini Natal terasa hedonis, serba memuaskan emosi dan kehilangan jiwanya, kita banyak terjebak dengan seremonial belaka atau terbawa dengan semangat hura-hura pesta akhir tahun.
Natal adalah kabar gembira, berita sukacita besar, Juruselamat telah lahir. Kedatangan dan kelahiran sang Juruselamat kita bisa rasakan maknanya apabila kita dpt dgn sungguh-sungguh menyadari, seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus; "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah." (Roma 3:23)
(wa)